Selasa, 22 Desember 2015

Citra Jarak Dekat Pluto, Kini Berwarna





Pegunungan Al-Idrisi (kiri) dan lapisan es Sputnik Planum (kanan) di permukaan Pluto. Kredit: NASA/SwRI/JHUAPL
 
Info Astronomy - NASA baru-baru ini telah merilis mosaik berwarna dari gabungan beberapa citra tajam permukaan Pluto yang dipotret oleh wahana antariksa New Horizons yang diperoleh selama terbang lintas dekat planet katai ini pada 14 Juli 2015.

Citra-citra berwarna ini secara berurutan dengan resolusi sekitar 77-85 meter per piksel, mengungkapkan adanya fitur yang lebih kecil dari setengah blok kota di permukaan Pluto. Data citra berwarna dengan resolusi lebih rendah (sekitar 630 meter per piksel) juga ditambahkan NASA untuk membuat mosaik baru ini.

Citra mosaik dengan kualitas High-Definition (HD) tersedia dengan mengklik tautan ini yang akan terbuka di jendela baru peramban Anda.

Citra HD pada tautan di atas membentuk strip selebar 80 kilometer, mulai dari permukaan es di Pluto yang bernama Sputnik Planum hingga melintasi pegunungan Al-Idrisi. NASA menggabungkan citra tersebut dari data yang diperoleh instrumen Long Range Reconnaissance Imager (Lorri) yang disematkan di badan New Horizons.

Uniknya, citra tersebut dipotret dari ketinggian 17.000 kilometer di atas permukaan Pluto! Berbagai macam kawah, pegunungan dan permukaan glasial terlihat pada citra HD tersebut, sehingga memberikan para ilmuwan dan masyarakat berupa citra warna beresolusi super-tinggi untuk memelajari geologi Pluto.
 

Source : http://www.infoastronomy.co.vu/2015/12/citra-jarak-dekat-pluto-kini-berwarna.html

Earth EPIC Observations Pouring In

Nasa "Our camera onboard the DSCOVR spacecraft is providing unique views of our ." Learn more and watch Video here :

 https://www.youtube.com/watch?v=XGJ-RZglvKo&feature=youtu.be

EPIC Observations Pouring In  

It’s a fresh view of Earth. Less than a year after its launch on the Deep Space Climate Observatory (DSCOVR), NASA’s onboard camera is taking images of the entire sunlit side of Earth every two hours.

Source : Twitter

Oktober 2018, Teleskop Ruang Angkasa James Webb Resmi Diluncurkan

JWST ini memiliki cermin setinggi 21-kaki akan terdiri dari 18 segmen cermin yang mengumpulkan cahaya dari sekitar waktu kelahiran alam semesta. (NASA/MSFC/David Higginbotham)

 
Move on dari Hubble ! Teleskop Ruang Angkasa James Webb (JWST) akan membantu kita melihat lebih jauh ke belakang  daripada sebelumnya, mengumpulkan cahaya dari galaksi pertama yang terbentuk selama kelahiran alam semesta. Ini akan menjelaskan bagaimana sistem tata surya berevolusi dari waktu ke waktu, dan mungkin memberi kita lihat penampakan lebih dekat pada apa yang terjadi di planet di sekitar bintang lain.

Setelah banyak penundaan dan inflasi anggaran yang besar, JWST akhirnya memiliki tanggal peluncuran. Badan Antariksa Eropa, yang bekerja sama dengan NASA, Badan Antariksa Kanada, dan Space Telescope Science Institute di JWST  akhirnya memesan peluncuran untuk teleskop seukuran 21 kaki. JWST akan terbang pada roket Ariane 5 yang meluncur dari Guyana, Perancis Oktober 2018.

2018 telah diproyeksikan sebagai tanggal peluncuran teleskop beberapa tahun dari sekarang. Ini sedikit melegakan, mengingat rencana peluncuran teleskop hampir yang simpang siur . Awalnya dijadwalkan untuk dimulai pada tahun 2007 dengan biaya setengah miliar dolar, proyek telah diganggu karena penundaan dan kenaikan biaya. Pada tahun 2011, Kongres hampir membatalkan proyekdengan memotong anggaran NASA.

Sekarang, akhirnya, JWST akan meluncur setelah hampir 11 tahun dengan biaya total $ 8,8 milyar.

Dan setelah itu, saatnya untuk mulai berpikir tentang teleskop ruang angkasa besar berikutnya, yang diproyeksikan untuk dilucurkan suatu waktu di tahun 2030-an. Apa jadinya jenis teleskop tersebut? Mungkin, High-Definition Space Telescope adalah salah satu pilihan.
Tahun 2030 masih jauh, tapi itu tidak pernah terlalu dini untuk memulai perencanaan dan penganggaran.

(K.N Rosandrani/Sarah Fecht/Popular Science)

Source : http://nationalgeographic.co.id/berita/2015/12/oktober-2018-teleskop-ruang-angkasa-james-webb-resmi-diluncurkan

Inilah 5 Fakta Planet Venus yang Mungkin Belum Anda Ketahui

Planet Venus. Kredit: NASA

 Info Astronomy - Venus adalah planet kebumian dan kadang-kadang disebut “planet saudara” Bumi karena ukuran, gravitasi, dan komposisi yang mirip. Venus merupakan planet terdekat dari Bumi dan planet yang ukurannya paling mendekati Bumi. Setidaknya, ada lima fakta menarik dari Venus yang mungkin belum Anda ketahui.

1. Satu Hari di Venus Lamanya Setara 243 Hari di Bumi
Semua planet di Tata Surya mengorbit Matahari dengan arah melawan jarum jam (seperti yang terlihat dari kutub utara Matahari). Sebagian besar planet juga berotasi pada sumbunya dengan arah yang melawan jarum jam, namun Venus berotasi searah jarum jam setiap 243 hari Bumi, yang merupakan rotasi terlambat di Tata Surya. Hari sideris Venus (243 hari Bumi) berlangsung lebih lama daripada tahun Venus (224,7 hari Bumi).

2. Venus adalah Planet Batuan atau Planet Terestrial
Venus dalah salah satu dari empat planet kebumian di Tata Surya, yang berarti bahwa Venus merupakan planet yang berbatu layaknya Bumi. Ukuran dan massanya mirip dengan Bumi, sehingga planet ini sering dijuluki sebagai “saudara” atau “kembaran” Bumi. Diameter Venus tercatat sebesar 12.092 km (hanya lebih kecil 650 km daripada Bumi) dan massanya kurang lebih 81,5% dari massa Bumi.

Sekitar 80% permukaan Venus terdiri dari daratan vulkanik, dengan 70% merupakan daratan dengan bubungan berkerut dan 10% merupakan daratan yang halus dan berlekuk. Dua puluh persen sisanya merupakan dua “benua” dataran tinggi; salah satu benua terletak di belahan utara Venus, sementara yang lain berada di sebelah selatan garis khatulistiwa.

Benua utara disebut Ishtar Terra, yang dinamai dari Ishtar, dewi cinta di Babilonia, dan ukurannya kurang lebih sebesar Australia. Gunung tertinggi di Venus (yaitu Maxwell Montes) terletak di Ishtar Terra. Tingginya kurang lebih 11 km di atas rata-rata ketinggian permukaan Venus. Sementara itu, benua selatan dijuluki Aphrodite Terra, yang dinamai dari dewi cinta dalam mitologi Yunani, dan benua ini lebih besar dengan ukuran yang kurang lebih sebanding dengan Amerika Selatan. Benua ini dipenuhi oleh rangkaian rekahan dan patahan.

3. Venus Memiliki Atmosfer yang Padat dan Beracun
Venus memiliki atmosfer yang sangat padat, yang terdiri dari 96,5% karbon dioksida dan 3,5% nitrogen. Massa atmosfernya 93 kali lebih besar daripada atmosfer Bumi, sementara tekanan di permukaan planet Venus 92 kali lebih besar daripada di permukaan Bumi—tekanan yang kurang lebih sebanding dengan samudra sedalam 1 kilometer di Bumi.

Kepadatan di permukaan Mars tercatat sebesar 65 kg/m³ atau 6,5% dari kepadatan air. Atmosfer yang kaya akan CO2 dan awan sulfur dioksida yang tebal menghasilkan efek rumah kaca yang paling kuat di Tata Surya, sehingga rata-rata suhu permukaan Venus 462 °C (864 °F).

Akibatnya, permukaan Venus lebih panas daripada Merkurius, yang memiliki suhu permukaan minimal −220 °C (−364.0 °F) dan suhu permukaan maksimal 420 °C (788 °F), walaupun Venus terletak lebih jauh dari Matahari dan sebagai akibatnya hanya memperoleh 25% iradiansi yang diterima Merkurius. Permukaan Venus seringkali digambarkan seperti neraka. Suhu di Venus juga lebih tinggi daripada suhu untuk melakukan sterilisasi.

Penelitian menunjukkan bahwa miliaran tahun yang lalu, atmosfer Venus lebih mirip dengan atmosfer Bumi daripada atmosfer Venus sekarang, dan mungkin terdapat air di permukaan. Namun, setelah periode selama 600 juta hingga beberapa miliar tahun, efek rumah kaca berkelanjutan disebabkan oleh penguapan air yang menghasilkan gas rumah kaca di atmosfer.

4. Venus Tidak Memiliki Satelit Alami atau Bulan
Venus tidak memiliki satelit alami, walaupun asteroid 2002 VE68 memiliki hubungan semi-orbital dengan Venus. Selain semi-satelit ini, terdapat dua ko-orbital sementara lainnya, yaitu 2001 CK32 dan 2012 XE133.

Sebelumnya, pada abad ke-17, Giovanni Cassini melaporkan keberadaan satelit yang mengelilingi Venus yang dinamai Neith. Dua ratus tahun kemudian, terdapat berbagai laporan pengamatan. Namun, satelit semacam itu tidak sungguh ada dan sebagian besar ternyata merupakan bintang di kejauhan.

Sementara itu, model Tata Surya awal yang dibuat oleh Alex Alemi dan David Stevenson di California Institute of Technology menunjukkan bahwa Venus mungkin pernah memiliki satu satelit yang terbentuk dari peristiwa tubrukan besar miliaran tahun yang lalu. Sekitar 10  juta tahun kemudian, tubrukan lain mengubah arah putaran Venus dan akibatnya satelit Venus secara perlahan terdeselerasi secara pasang surut hingga akhirnya bertubrukan dengan Venus.

Jika ada tubrukan lain yang membentuk satelit, satelit tersebut akan mengalami nasib yang sama. Penjelasan lain adalah kuatnya gravitasi matahari sehingga mendestabilisasi satelit besar yang mengorbit planet kebumian di Tata Surya dalam. Alih-alih mengorbit Venus, satelit tersebut justru akan tertarik gravitasi Matahari.

5. Tidak Ada Tanda Kehidupan di Venus
Dengan rata-rata suhu permukaan sebesar 735 K (462 °C; 863 °F), Venus merupakan planet terpanas di Tata Surya. Planet ini tidak memiliki siklus karbon yang memerangkap karbon dalam batuan dan kenampakan permukaan, dan juga tidak memiliki kehidupan organik yang dapat menyerap karbon dalam bentuk biomassa. Venus diselimuti oleh lapisan buram yang terdiri dari awan asam sulfat yang sangat reflektif, sehingga permukaannya tidak dapat dilihat dari luar angkasa.

Source : http://www.infoastronomy.co.vu/2015/12/inilah-5-fakta-menarik-planet-venus.html